pakah Anda sedang berbudidaya belut dan kebingungan harus memberi
makan apa agar belut-belut yang Anda budidayakan tumbuh dengan baik?
Sebenarnya, ada beberapa pakan alternatif belut yang bisa dengan mudah Anda temukan di lingkungan sekitar. Apa sajakah itu?
Foto: Google Image
Berikut ini beberapa pakan belut yang dapat digunakan, baik yang alami maupun yang buatan.
Cacing tanah
Cacing tanah dapat diperoleh dengan mudah bagi Anda yang
membudidayakan belut dan ingin mendapatkan pakan alami ini. Selain mudah
didapatkan, pakan alami berupa cacing tanah ini juga mengandung gizi
yang kaya protein. Dengan begitu, dapat dikatakan sebagai makanan belut
terbaik yang berasal dari alam.
Bekicot
Gizi yang ada pada bekicot juga baik untuk pertumbuhan belut yang
dipelihara. Bekicot dapat dengan mudah Anda dapatkan di sekitar
lingkungan Anda. Hewan ini adalah hewan sejenis siput, tetapi hidup di
darat. Karena hidup di darat, orang tidak perlu basah-basahan untuk
mendapatkan makanan belut alami yang satu ini.
Keong mas atau keong sawah
Setelah bekicot, keong mas atau keong mas juga baik untuk dijadikan
sebagai makanan belut yang dibudidayakan. Untuk dapat memberikan keong
mas pada belut yang dipelihara, Anda dapat mencari keong mas ini di
sawah, sungai, atau rawa-rawa. Keong mas atau keong sawah juga termasuk
dalam kelompok makanan alami yang baik untuk perkembangan belut.
Cacing sutera
Siapa yang tidak kenal dengan cacing sutera? Tentu hampir semua orang
tahu jenis cacing yang satu ini. Cacing sutera juga baik untuk
diberikan kepada belut yang Anda budidayakan. Ini karena cacing sutera
memiliki kandungan gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan belut.
Kepiting air tawar
Untuk
makanan belut yang kelima ini, yaitu kepiting air tawar, mungkin tidak
perlu diberikan terlalu sering kepada belut yang dipelihara. Sebab,
fungsi pemberian kepiting air tawar ini adalah untuk merangsang nafsu
makan belut yang dibudidayakan. Kepiting air tawar biasa disebut dengan
yuyu di tanah Jawa, yang tentunya dapat diperoleh di sekitar perairan
air tawar.
Pasta (pakan buatan)
Selain menggunakan beberapa makanan belut yang berasal dari alam,
Anda dapat meramu pakan buatan yang disebut dengan pasta. Pasta ini
diyakini dapat mempercepat pertumbuhan belut yang dibudidayakan. Pasta
terbuat dari campuran beberapa bahan seperti daging, pelet ikan, dan
tepung tapioka yang dicampur dengan air secukupnya.
Kegiatan budidaya lele memiliki potensi besar untuk dijadikan bisnis
yang menguntungkan selama pembudidaya dapat mengatasi hambatan dan
masalah yang muncul, misalnya seperti bau pada kolam lele itu sendiri.
Foto: Dok. Pertanianku
Bau yang muncul akibat budidaya lele berbeda dengan bau yang
diakibatkan dari budidaya jenis ikan lain. Air kolam budidaya lele
cenderung lebih cepat kotor dan berbau. Bau dari air kolam budidaya lele
sangatlah mengganggu, tidak hanya bagi pemilik kolam tetapi juga
masyarakat atau tetangga sekitarnya.
Bahkan masyarakat ada yang sampai merasa jijik pada ikan lele karena
habitat hidup lele yang kotor dan bau. Oleh karena itu, sangat penting
dilakukan manajemen kualitas air yang baik untuk menjaga kualitas air
budidaya tetap baik dan tidak berbau.
Bau yang muncul pada air kolam budidaya lele disebabkan oleh
pergantian air yang kurang teratur. Hal ini karena adanya kotoran dari
sisa pakan dan hasil metabolisme ikan menumpuk serta mengendap di dasar
kolam mengakibatkan bau. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan
penggantian air secara berkala.
Pemberian pakan yang sesuai dosis perlu diperhitungkan sehingga pakan
dapat termakan habis oleh ikan dan tidak tersisa di perairan. Lele
umumnya memiliki nafsu makan yang tinggi sehingga pembudidaya sering
memberi pakan dalam jumlah besar.
Namun, jika berlebihan lele dapat memuntahkan pakan yang ada di dalam
perutnya, apalagi jika lele mengalami stres. Sisa pakan ini menjadi
salah satu penyebab bau tidak sedap pada kolam.
Selain sisa pakan dan hasi metabolisme ikan, bahan organik yang
mengendap seperti dedaunan sisa pakan atau sampah daun yang gugur jatuh
ke dalam kolam juga dapat menjadi penyebab bau pada kolam lele. Lele
secara alamiah bersifat karnivora atau cenderung memakan daging, tetapi
dapat berubah menjadi omnivora atau pemakan segala.
Tak
jarang pembudidaya memberikan pakan berupa dedaunan, tetapi nafsu makan
lele terhadap pakan mentah seperti daun tidak terlalu besar. Untuk itu,
pemberian pakan mentah sebaiknya tidak terlalu banyak. Sementara, untuk
mencegah daun yang gugur jatuh ke kolam perlu dilakukan penutupan
kolam, misalnya dengan pembuatan atap pada atas kolam atau lebih
mudahnya dengan penutup berupa jaring.
Selain menangani faktor yang menyebabkan bau pada air kolam budidaya,
cara lain untuk mengatasi bau kolam, yaitu dengan menggunakan
probiotik. Mikro-organisme yang terkandung dalam probiotik dapat
berfungsi untuk menguraikan sisa pakan ikan yang ada di dalam air
budidaya sehingga bau busuk yang menyengat dapat dicegah.
Penggunaan kucuran pada kolam lele juga dapat membantu mengurangi bau
pada kolam lele. Kucuran air diperoleh dari luar ataupun dari dalam
kolam dengan menggunakan pompa air. Cipratan air dari kucuran ini dapat
membantu pelepasan amoniak yang terdapat dalam air budidaya. Selain itu,
juga dapat meningkatkan kadar oksigen dalam air.