Monday, November 12, 2018

JENIS- JENIS PENYAKIT IKAN AKIBAT JAMUR




1.    Epizootic    Ulcerative    Syndrome    (EUS)    /    Mycotic
Granulomatosis (MG) / Red-spot disease (RSD) Penyebab : Aphanomyces invadans
Bio-Ekologi Patogen :
 Merupakan     penyakit  borok  (ulcer)  disebabkan  infeksi cendawan Aphanomyces invadans.
 Spora   cendawan   menginfeksi   permukaan   tubuh   ikan, sehingga menimbulkan borok.
 Inang meliputi ikan air tawar dan payau antara lain: betutu, gabus, betok, gurame, lele dan tambakan.
 Tingkat kematian berkisar antara 20-80%

Gejala Klinis :
 Infeksi berawal dari adanya bintik merah pada permukaan tubuh.
 Hilang  nafsu  makan,  warna  tubuh  gelap,  berenang  ke permukaan dan hiperaktif.
 Bintik merah berkembang menjadi luka/borok yang berwarna merah cerah dan/atau merah kecoklatan.

Diagnosa :
Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan di bawah luka/borok pada tubuh ikan.
 Isolasi cendawan pada media agar dan diidentifikasi secara morfometris.
 Secara  histopatologis  ditemukan  adanya  hifa  cendawan yang  terletak  di  tengah  sel  granuloma  pada  jaringan  di bawah luka/borok.


Pengendalian :
 Menetralkan kadar keasaman dan/atau alkalinitas air melalui pengapuran.
 Mengisolasi ikan sakit dan/atau membuang ikan yang telah mati.
 Persiapan wadah/kolam secara higienis dan steril terhadap keberadaan spora cendawan tersebut melalui pengeringan, pengapuran, desinfeksi, dll.
2. Saprolegniasis
Penyebab : Saprolegnia spp. dan Achlya spp.
Bio Ekolgi Patogen :
 Memiliki hifa yang panjang dan tidak bersepta, hidup pada ekosistem air tawar namun ada yang mampu hidup pada salinitas 3 promil.
 Tumbuh  optimum  pada  suhu  air  18-26  oC.  Reproduksi secara aseksual, melalui hifa fertil untuk memproduksi spora infektif.
 Menginfeksi semua jenis ikan air tawar dan telurnya.
 Serangan bersifat kronis hingga akut, dapat mengakibatkan kematian hingga 100%.
Gejala Klinis :
 Terlihat  adanya  benang-benang halus  menyerupai  kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal tubuh ikan.
 Miselia   (kumpulan   hifa)    berwarna   putih   atau   putih kecoklatan.
Diagnosa :
 Pengamatan hifa  dan/atau miselia cendawan pada tubuh ikan, terutama pada luka dan/atau di sekitar sirip ikan.
Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan secara mikroskopis pada slide glass.
 Isolasi cendawan pada media agar dan diidentifikasi secara morfometris.
Gambar 2. Ikan mas (Cyprinus carpio) yang terlebih dahulu terinfeksi oleh virus, selanjutnya diperparah dengan serangan penyakit saprolegniasis

Pengendalian :
 Menaikkan dan mempertahankan suhu air 28 oC dan/atau penggantian air baru yang lebih sering.
 Pengobatan  dapat  dilakukan  dengan  cara  perendaman dengan :
  Kalium Permanganate (PK) pada dosis 1 gram/100
liter air selama 90 menit.;
  Formalin pada dosis 100-200 ppm selama 1-3 jam.;
  Garam    dapur    pada    konsentrasi    1-10    promil
(tergantung spesies dan ukuran) selama 10-60 menit;
  Methylene Blue pada dosis 3-5 ppm selama 24 jam.
3. Branchiomycosis
Penyebab : Branchiomyces sanguinis dan B. demigrans .
Bio Ekologi Pathogen :
 Menginfeksi semua jenis ikan air tawar, dan target organnya adalah insang ikan (filamen dan pembuluh darah di lamella insang). Apabila jaringan dan/atau sel  insang  mengalami kematian atau lepas, maka spora jamur akan keluar dan menginfeksi inang lainnya.
 Suhu  optimum  pada  kisaran  25  -  31  oC  dengan  masa inkubasi 2-4 hari (tergantung suhu air).

 Infeksi   bersifat   kronis   hingga   akut   dengan   mortalitas mencapai 100% dalam tempo yang relatif singkat (1-2 minggu).
Gejala klinis :
      Ikan bernafas dengan tersengal-sengal di permukaan air dan malas.
      Insang berwarna merah dan tampak adanya bercak-bercak putih  (penetrasi  hifa   cendawan  ke  dinding  pembuluh darah).
      Insang   mengalami   nekrosa   berat,   berwarna   merah menghitam dan akhirnya membusuk (gill rot)
Diagnosa :
 Pengamatan secara mikroskopis terhadap keberadaan hifa cendawan dari organ filamen dan pembuluh darah di lamella insang ikan.
 Isolasi pada media cair dan/atau semi solid dan diidentifikasi secara morfometris.

 
Gambar 2. Ikan mas (Cyprinus carpio) yang terserang Penyakit branchiomycosis, (lihat bagian insangnya)
Pengendalian :
 Menetralkan kadar keasaman dan/atau alkalinitas air melalui pengapuran.
 Mengisolasi ikan sakit dan/atau membuang ikan yang telah mati.
 Hifa  cendawan  yang  masih  terdapat  di  dalam  pembuluh darah organ insang tidak dapat diobati, sedangkan sporanya yang ada dipermukaan tubuh ikan dapat diberantas dengan perendaman menggunakan beberapa desinfektan, antara lain:
9      Kalium Permanganate (PK) pada dosis 1 gram/100 liter air selama 90 menit.
9  Formalin pada dosis 100-200 ppm selama 1-3 jam.
9  Garam    dapur    pada    konsentrasi    1-10    promil
(tergantung spesies dan ukuran) selama 10-60 menit.
9  Methylene blue pada dosis 3-5 ppm selama 24 jam.
4. Cendawan pada larva udang (larval shrimp mycosis) Penyebab : Lagenidium spp. dan Sirolpidium spp. 
Bio Ekologi patogen :
 Infeksi  Lagenidium  spp.  umumnya  terjadi  pada  stadia nauplius,  zoea  hingga  mysis.  Apabila  menyerang  pada stadia zoea sering menyebabkan kematian masal di panti benih (hatchery).

 Infeksi Sirolpidium spp. lebih sering terjadi pada stadia mysis hingga Post Larvae (PL) awal.
 Kedua jenis cendawan ini tumbuh optimal pada kisaran suhu air antara 25-34 oC dan kisaran pH 7-9.
 Penyakit ini umumnya merupakan kompleks infeksi bersama patogen lainnya, dan mortalitas yang terjadi terutama karena gangguan terhadap proses ganti kulit (moulting).
Gejala Klinis :
 Nafsu makan menurun, pergerakan lemah, dan anemia.
 Pada tubuh larva udang (nauplius, zoea, mysis, PL) terlihat adanya hifa dan/atau miselia cendawan.
 Pada kondisi yang serius, sering dijumpai tubuh larva udang terlilit dan dipenuhi oleh cendawan.
Diagnosa :
 Pengamatan  secara  mikroskopis,  pada  bagian  eksternal terlihat adanya hifa dan/atau miselia cendawan.
 Isolasi pada media semi solid (agar), dan diidenfikasi secara morfometris.
Pengendalian :
 Desinfeksi bak dan air sebelum digunakan.
Menghindari penumpukan bahan organik dalam media pemeliharaan melalui penyiponan secara berkala.
Hifa dan spora cendawan ini dapat diberantas dengan perendaman desinfektan, antara lain:
9  Larutan Trefflan pada dosis 0,1 ppm selama 24 jam
atau lebih untuk tujuan desinfeksi.
9     Larutan Trefflan pada dosis 0,2 ppm selama 24 jam atau lebih untuk tujuan pengobatan.
9  Perendaman formalin 10-25 ppm selama 24 jam.

5. Fusariosis
Penyebab : Fusarium spp.

Bio-Ekologi Patogen :
 Menginfeksi udang  di  tambak pada  stadia  juvenil  hingga ukuran dewasa.
 Prevalensi infeksi lebih tinggi pada lahan tambak yang persiapannya kurang baik, terutama pembuangan bahan organik dan pengeringan yang kurang sempurna.
 Pada  infeksi  akut,  hifa  cendawan  ditemukan  pula  pada bagian tubuh lainnya.
 Mortalitas yang terjadi terutama karena gangguan terhadap proses ganti kulit (moulting).
Gejala Klinis :
 Cenderung menginfeksi pada bagian insang, menimbulkan inflamasi yang intensif hingga terjadi melanisasi sehingga

insang  berwarna  hitam  (sering  disebut  penyakit  insang hitam/black gill disease).
 Organ lain seperti kaki jalan & renang serta ekor udang mengalami kerusakan, bahkan terputus.
 Pada bagian tubuh lain sering ditemukan adanya  luka atau gejala seperti terbakar, dll.
Diagnosa :
 Pengamatan  secara  mikroskopis,  terutama  pada  organ insang ditemukan adanya makrokonidia cendawan.
 Isolasi pada media semi solid (agar), dan diidenfikasi secara morfometris.
Gambar 1. Insang udang yang terinfeksi Fusarium spp., tampak adanya inflamasi yang intensif sehingga terjadi melanisasi.
Pengendalian :
Persiapan petak tambak secara sempurna, terutama pembuangan bahan organik dan pengeringan dasar tambak.
Menghindari penumpukan bahan organik dalam media pemeliharaan, melalui penggunaan mikroba esensial atau probiorik  dan/atau  frekuensi  penggantian  air  yang  lebih tinggi.
 Penggunaan   bahan   kimia/desinfektan   di   tambak   tidak efisien.

No comments:

Post a Comment