1. Epizootic
Ulcerative Syndrome (EUS)
/
Mycotic
Granulomatosis (MG) /
Red-spot disease (RSD) Penyebab :
Aphanomyces invadans
Bio-Ekologi Patogen :
• Merupakan penyakit
borok
(ulcer) disebabkan infeksi cendawan Aphanomyces invadans.
• Spora cendawan menginfeksi permukaan tubuh
ikan,
sehingga menimbulkan borok.
• Inang meliputi ikan air tawar dan payau antara lain: betutu,
gabus, betok, gurame, lele dan tambakan.
• Tingkat kematian berkisar
antara 20-80%
Gejala Klinis
:
• Infeksi berawal dari adanya bintik merah pada permukaan tubuh.
• Hilang nafsu makan, warna tubuh gelap, berenang ke
permukaan dan hiperaktif.
• Bintik merah berkembang menjadi luka/borok yang berwarna merah cerah dan/atau merah kecoklatan.
Diagnosa :
• Pengamatan
hifa dan/atau miselia cendawan di bawah luka/borok pada tubuh ikan.
• Isolasi
cendawan pada media agar dan diidentifikasi secara morfometris.
• Secara histopatologis ditemukan
adanya
hifa
cendawan
yang terletak
di
tengah
sel
granuloma
pada jaringan di bawah luka/borok.
Pengendalian
:
• Menetralkan kadar keasaman dan/atau alkalinitas air melalui pengapuran.
• Mengisolasi ikan sakit dan/atau membuang ikan yang telah mati.
• Persiapan
wadah/kolam secara higienis
dan steril terhadap keberadaan spora cendawan
tersebut melalui pengeringan, pengapuran, desinfeksi, dll.
Gambar 2. Ikan mas (Cyprinus carpio) yang terserang Penyakit branchiomycosis, (lihat bagian insangnya)
2. Saprolegniasis
Penyebab :
Saprolegnia spp. dan Achlya spp.
Bio – Ekolgi Patogen :
• Memiliki hifa yang panjang dan tidak bersepta, hidup pada ekosistem air tawar namun ada yang mampu hidup pada salinitas 3 promil.
• Tumbuh optimum pada suhu air 18-26 oC. Reproduksi secara aseksual, melalui hifa fertil untuk memproduksi spora infektif.
• Menginfeksi semua jenis ikan air tawar dan telurnya.
• Serangan
bersifat kronis hingga akut, dapat mengakibatkan kematian hingga 100%.
Gejala Klinis
:
• Terlihat adanya benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel
pada telur atau luka pada bagian eksternal tubuh ikan.
• Miselia (kumpulan hifa)
berwarna putih atau
putih
kecoklatan.
Diagnosa :
• Pengamatan hifa
dan/atau miselia cendawan
pada tubuh ikan, terutama
pada luka dan/atau di sekitar sirip
ikan.
• Pengamatan hifa dan/atau miselia cendawan secara
mikroskopis pada slide glass.
• Isolasi cendawan pada
media agar dan diidentifikasi secara morfometris.
Gambar 2. Ikan mas (Cyprinus carpio) yang terlebih dahulu terinfeksi oleh virus, selanjutnya diperparah dengan serangan penyakit saprolegniasis
Pengendalian
:
• Menaikkan
dan mempertahankan suhu air ≥ 28 oC dan/atau penggantian air baru yang lebih sering.
• Pengobatan
dapat dilakukan dengan cara
perendaman
dengan :
Kalium Permanganate (PK) pada dosis 1 gram/100
liter air selama 90 menit.;
Formalin pada dosis 100-200 ppm selama 1-3 jam.;
Garam dapur pada
konsentrasi 1-10
promil
(tergantung spesies
dan ukuran) selama
10-60 menit;
Methylene Blue pada dosis 3-5 ppm selama
24 jam.
3. Branchiomycosis
Penyebab :
Branchiomyces sanguinis dan B. demigrans
.
Bio – Ekologi Pathogen :
• Menginfeksi semua jenis ikan air tawar, dan target organnya
adalah insang ikan (filamen dan pembuluh
darah di lamella insang). Apabila
jaringan dan/atau sel
insang mengalami kematian atau lepas, maka spora jamur akan keluar
dan menginfeksi inang lainnya.
• Suhu optimum
pada kisaran 25 - 31 oC dengan masa inkubasi 2-4 hari (tergantung suhu air).
• Infeksi
bersifat kronis hingga
akut
dengan
mortalitas mencapai 100%
dalam tempo yang relatif singkat (1-2
minggu).
Gejala klinis
:
• Ikan bernafas dengan
tersengal-sengal di permukaan air dan
malas.
• Insang berwarna merah dan tampak adanya bercak-bercak putih (penetrasi hifa cendawan
ke
dinding
pembuluh
darah).
• Insang mengalami nekrosa
berat, berwarna merah menghitam dan akhirnya membusuk
(gill rot)
Diagnosa :
• Pengamatan secara mikroskopis terhadap keberadaan hifa cendawan dari
organ filamen dan pembuluh darah di lamella
insang ikan.
• Isolasi
pada media cair
dan/atau semi solid dan diidentifikasi
secara morfometris.

Gambar 2. Ikan mas (Cyprinus carpio) yang terserang Penyakit branchiomycosis, (lihat bagian insangnya)
Pengendalian
:
• Menetralkan kadar keasaman dan/atau alkalinitas air melalui pengapuran.
• Mengisolasi ikan sakit dan/atau membuang ikan yang telah mati.
• Hifa cendawan yang masih
terdapat di dalam pembuluh
darah organ insang tidak dapat diobati, sedangkan
sporanya yang ada dipermukaan tubuh ikan dapat diberantas dengan perendaman menggunakan beberapa desinfektan, antara lain:
9 Kalium Permanganate (PK) pada dosis 1 gram/100
liter air selama 90 menit.
9 Formalin pada dosis 100-200
ppm selama 1-3 jam.
9 Garam dapur pada
konsentrasi 1-10
promil
(tergantung spesies
dan ukuran) selama
10-60 menit.
9 Methylene blue pada dosis 3-5 ppm selama 24 jam.
4. Cendawan pada larva udang (larval shrimp mycosis)
Penyebab : Lagenidium spp. dan Sirolpidium
spp.
Bio – Ekologi patogen :
Bio – Ekologi patogen :
• Infeksi Lagenidium spp. umumnya terjadi pada stadia
nauplius, zoea hingga mysis. Apabila
menyerang pada stadia
zoea sering menyebabkan kematian masal di panti
benih (hatchery).
• Infeksi
Sirolpidium spp. lebih
sering terjadi pada stadia mysis hingga
Post Larvae (PL) awal.
• Kedua jenis cendawan ini
tumbuh optimal pada kisaran
suhu air antara 25-34 oC dan kisaran pH 7-9.
• Penyakit
ini umumnya merupakan
kompleks infeksi bersama patogen
lainnya, dan mortalitas yang terjadi
terutama karena gangguan terhadap
proses ganti kulit (moulting).
Gejala Klinis
:
• Nafsu makan menurun,
pergerakan lemah, dan anemia.
• Pada tubuh larva udang (nauplius, zoea, mysis, PL) terlihat
adanya hifa dan/atau miselia cendawan.
• Pada kondisi yang serius, sering dijumpai tubuh larva udang terlilit dan dipenuhi oleh cendawan.
Diagnosa :
• Pengamatan
secara mikroskopis, pada bagian eksternal terlihat adanya
hifa dan/atau miselia cendawan.
• Isolasi pada media semi solid (agar), dan
diidenfikasi secara
morfometris.
Pengendalian
:
• Desinfeksi bak dan air sebelum digunakan.
• Menghindari
penumpukan bahan organik dalam media
pemeliharaan melalui penyiponan secara berkala.
• Hifa dan spora cendawan ini dapat diberantas
dengan perendaman desinfektan, antara
lain:
9 Larutan Trefflan
pada dosis 0,1 ppm selama
24 jam
atau lebih
untuk tujuan desinfeksi.
9 Larutan Trefflan pada dosis 0,2 ppm selama
24 jam atau lebih
untuk tujuan pengobatan.
9 Perendaman
formalin 10-25 ppm selama 24 jam.
5. Fusariosis
Penyebab :
Fusarium spp.
Bio-Ekologi Patogen :
• Menginfeksi udang di tambak pada stadia
juvenil hingga ukuran dewasa.
• Prevalensi infeksi lebih tinggi pada lahan tambak yang persiapannya kurang baik, terutama pembuangan
bahan organik dan pengeringan yang kurang sempurna.
• Pada infeksi akut, hifa cendawan
ditemukan pula pada bagian
tubuh lainnya.
• Mortalitas yang terjadi terutama karena gangguan terhadap
proses ganti kulit (moulting).
Gejala Klinis
:
• Cenderung
menginfeksi pada bagian insang, menimbulkan
inflamasi yang intensif hingga
terjadi melanisasi sehingga
insang berwarna hitam (sering
disebut
penyakit
insang
hitam/black gill disease).
• Organ lain seperti
kaki jalan &
renang serta ekor udang
mengalami kerusakan, bahkan
terputus.
• Pada bagian tubuh lain sering ditemukan adanya
luka atau gejala seperti terbakar, dll.
Diagnosa :
• Pengamatan secara mikroskopis, terutama pada organ
insang ditemukan adanya
makrokonidia cendawan.
• Isolasi pada media semi solid (agar),
dan diidenfikasi secara morfometris.
Gambar 1. Insang udang
yang
terinfeksi
Fusarium spp., tampak adanya
inflamasi yang intensif sehingga terjadi melanisasi.
• Persiapan
petak tambak secara sempurna, terutama pembuangan bahan organik dan pengeringan dasar tambak.
• Menghindari
penumpukan bahan organik dalam media
pemeliharaan, melalui penggunaan mikroba esensial
atau probiorik dan/atau frekuensi penggantian air yang lebih tinggi.
• Penggunaan
bahan
kimia/desinfektan di tambak
tidak efisien.
No comments:
Post a Comment