Keberhasilan budidaya ikan terkait dengan pemeliharaan lingkungan dan
daya tahan organisme budidaya terhadap serangan bakteri patogen. Salah
satu bakteri yang umum dijumpai pada ekosistem perairan dan mempunyai
peranan sebagai microbial flora bagi organisme air pada kondisi lingkungan yang stabil yaitu bakteri Aeromonas hydrophila.
Dimana bakteri tersebut bersifat patogen pada ikan air tawar seperti
ikan nila pada kondisi kualitas air yang buruk. Selain itu bakteri Aeromonas hydrophila memiliki
kemampuan osmoregulasi yang tinggi dimana mampu bertahan hidup pada
perairan tawar, perairan payau dan laut yang memiliki kadar garam tinggi
dengan penyebaran melalui air, kotoran burung, saluran pencernaan hewan
darat dan hewan amfibi serta reptil (Mangunwardoyo et al., 2010).
Salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya intensif
adalah penyakit ikan. Dimana menimbulkan kerugian ekonomi bagi para
pembudidaya ikan. Salah satu jenis penyakit yang sering dijumpai pada
organisme budidaya adalah penyakit bakterial yang disebabkan oleh
bakteri Aeromonas hydrophilla, dimana merupakan bakteri patogen penyebab penyakit “Motil Aeromonas Septicemia” (MAS), terutama untuk spesies ikan air tawar di perairan tropis (Rahmaningsih, 2012).
Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan salah satu
bakteri penyebab penyakit yang berbahaya pada budidaya ikan air tawar.
Bakteri tersebut banyak menyerang ikan mas yang merupakan salah satu
komoditas unggulan air tawar dan dapat menginfeksi ikan pada semua
ukuran yang dapat menyebabkan kematian hingga mencapai 80%, sehingga
mengakibatkan kerugian yang sangat besar baik dalam usaha budidaya ikan
air tawar (Sanoesi, 2008).
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada ikan khususnya yang disebabkan oleh A. hydrophila
mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980, dimana bakteri ini
menyebabkan wabah penyakit pada ikan karper di wilayah Jawa Barat dan
menyebabkan kematian sebanyak 125 ton. Di tahun yang sama kejadian
serupa juga terjadi dan menyerang spesies ikan mas, penyakit tersebut
dikenal dengan penyakit `Ulcerative disease` atau penyakit borok/penyakit merah yang mengakibatkan kematian sekitar kurang lebih
173 ton jenis ikan mas termasuk didalamnya 30 % ikan-ikan kecil/benih mati disebabkan oleh bakteri Aeromonas sp dan Pseudomonas
sp, mengakibatkan kerugian sekitar Rp. 126 juta. Penyakit ini dapat
menyebabkan sistemik yang menimbulkan kematian ikan yang tinggi,
menyerang ikan-ikan budidaya dan dalam waktu singkat menyebar kedaerah
lain
(Lukistyowati dan Kurniasih, 2011).
Bakteri Aeromonas hydrophila termasuk bakteri gram negatif,
dimana mempunyai karakteristik berbentuk batang pendek, bersifat aerob
dan fakultatif anaerob, tidak berspora, motil, mempunyai satu flagel,
hidup pada kisaran suhu 25-300C. Jika organisme terkena serangan bakteri maka akan mengakibatkan gejala penyakit hemorhagi septicaemia
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: terdapat luka dipermukaan
tubuh, insang, ulser, abses, dan perut gembung. Tidak hanya menyerang
organisme budidaya seperti ikan, tetapi penyakit ini juga menyerang
manusia dimana menyebabkan infeksi pada gastroenteristis, diare dan
extra intestinal pada manusia. Bakteri Aeromonas hydrophyla
sangat mempengaruhi usaha budidaya ikan air tawar dan seringkali
menimbulkan wabah penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi (80 –
100 %) dalam kurun waktu yang singkat (1 – 2 minggu). Sehingga sangat
merugikan petani ikan dalam usaha budidaya ikan. Tingkat virulensi dari
bakteri
A. hydrophila dapat menyebabkan kematian ikan tergantung dari racun yang dihasilkan. Didalam tubuh bakteri Aeromonas hidrophyla terdapat
Gen Aero dan hlyA yang bertanggung jawab dalam memproduksi racun
aerolysin dan hemolysin dimana Aerolisin merupakan protein extraseluler
yang diproduksi oleh beberapa strain A. hydrophila yang bisa larut, bersifat hydrofilik dan mempunyai sifat hemolitik serta sitolitik. Mekanisme racun Aerolysin pada bakteri Aeromonas hidrophyla dalam
menyerang dan menginfeksi racun pada ikan yaitu dengan mengikat
reseptor glikoprotein spesifik pada permukaan sel eukariot sebelum masuk
ke dalam lapisan lemak dan membentuk lubang. Racun aerolysin yang
membentuk lubang melintas masuk ke dalam membran bakteri sebagai suatu
preprotoksin yang mengandung peptida. Racun tersebut dapat menyerang
sel-sel epithelia dan menyebabkan gastroenteristis (Lukistyowati dan
Kurniasih, 2012).
Proses invasi bakteri patogen Aeromonas hydrophila kedalam
tubuh host adalah diawali dengan melekatnya bakteri pada permukaan kulit
dengan memanfaatkan pili, flagela dan kait untuk bergerak dan melekat
kuat pada lapisan terluar tubuh ikan yaitu sisik yang dilindungi oleh
zat kitin. Selama proses berlangsung bakteri Aeromonas hydrophila memproduksi
enzim kitinase yang berperan dalam mendegradasi lapisan kitin sehingga
bakteri dapat dengan mudah masuk kedalam host. Selain memanfaatkan
kitinase bakteri Aeromonas hydrophila juga mengeluarkan enzim lainnya seperti lesitinase dalam upaya masuk kedalam aliran darah (Mangunwardoyo et al., 2010).
Bakteri Aeromonas hidrophyla termasuk patogen
oportunistik yang hampir selalu terdapat di air dan seringkali
menimbulkan penyakit apabila ikan dalam kondisi yang kurang baik.
Penyakit yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophilla ditandai
dengan adanya bercak merah pada ikan dan menimbulkan kerusakan pada
kulit, insang dan organ dalam. Penyebaran penyakit bakterial pada ikan
umumnya sangat cepat serta dapat menyebabkan kematian yang sangat tinggi
pada ikan-ikan yang diserangnya. Gejala klinis yang timbul pada ikan
yang terserang infeksi bakteri Aeromonas hidrophyla adalah
gerakan ikan menjadi lamban, ikan cenderung diam di dasar akuarium;
luka/borok pada daerah yang terinfeksi; perdarahan pada bagian pangkal
sirip ekor dan sirip punggung, dan pada perut bagian bawah terlihat
buncit dan terjadi pembengkakan. Ikan sebelum mati naik ke permukaan air
dengan sikap berenang yang labil (Rahmaningsih, 2012).
Menurut (Tanjung et al., 2011), tanda-tanda sekunder serangan bakteri Aeromonas hydrophila terlihat
dengan tumbuhnya jamur berwarna putih pada bagian ujung sirip ikan dan
pada bagian tubuh yang mengalami luka memar. Sekresi lendir tampak
berlebihan menyeliputi tubuh ikan, dengan warna tubuh yang memucat.
Nafsu makan berkurang mulai pada hari ke dua. Indikasi ikan mendapat
serangan bakteri dari mata pucat umumnya tampak setelah hari ke lima,
sedangkan kerusakan sisik dan tumbuhnya jamur sudah muncul mulai dari
hari pertama. Warna tubuh pucat umumnya tampak setelah hari ke tiga.
Adapun beberapa analisis yang digunakan untuk mengetahui serangan dari
bakteri Aeromonas hydrophila antara lain:
– Analisis morfologis
Indikasi-indikasi serangan bakteri terhadap berbagai strain ikan
Gurami cukup beragam, baik ciri maupun waktunya. Serangan bakteri
tersebut dicirikan oleh perubahan warna mata menjadi abu-abu dan
terjadi penonjolan bola mata atau exophthalmia, luka memar yang bisa
meliputi sekujur tubuh, warna tubuh menjadi pucat, dan sirip rusak,
dengan waktu (hari) serangan yang bervariasi. Tanda-tanda yang paling
peka terhadap serangan bakteri, ditandai waktu munculnya
serangan umumnya sudah tampak pada hari pertama. Jenis yang paling tahan
adalah strain Padang dengan indikasi serangan umumnya setelah dua hari.
Hal ini sesuai dengan tingkat ketahanan hidupnya yang paling tinggi
(8-10 hari). Indikasi kerusakan pada sirip tidak selalu muncul, dalam
hal ini ikan yang tidak menunjukkan sisik atau sirip rusak (ta), boleh
jadi ikan tersebut sudah terserang bakteri.
– Analisis histologis intestin dan hati
Pada ikan yang sehat irisan hati berwarna cerah serta sel-sel
hepatosit mengandung nukleus dan heterokromatin. Ikan yang terkena
serangan A. hydrophila menunjukkan kondisi sel hati yang rusak karena mengalami infeksi, tetapi tidak mengeluarkan nanah (non purulent multifocal hepatitis). Kantung empedu dan sel hati mengalami peradangan atau infeksi (cholangiohepatitis),
yang pada kondisi parah infeksi ini dapat mencapai jaringan parenkim
hati. Ditemukan juga vakuola dan sel-sel darah karena terjadi pendarahan
dalam (internal haemoragy). Kematian sel-sel hati (focal nekrosis)
merupakan manifestasi yang umum terjadi pada ikan yang terserang A. hydrophila. Intestin ikan Gurami yang terpapar A. hydrophila
menunjukkan kondisi yang mengalami deplesi pada sel lamina intestin
tersebut sehingga terkikis habis. Mukosa intestin juga mengalami
kematian sel (nekrosis) yang disebabkan oleh degradasi enzimatik yang
dikeluarkan oleh A. hydrophila .
Bakteri aeromonas hydrophila memiliki kemampuan osmoregulasi
yang tinggi dimana mampu bertahan hidup pada perairan tawar, perairan
payau dan laut yang memiliki kadar garam tingg dengan penyebaran melalui
air, kotoran burung, saluran pencernaan hewan darat dan hewan amfibi
serta reptil (Mangunwardoyo et al., 2010).
Lingkungan dengan yang mempunyai konsentrasi kadar garam tertentu memiliki kerapatan A. hydrophila yang
jauh lebih tinggi dibandingkan lingkungan air tawar, meskipun variasi
dalam kepadatan antara habitat dengan kadar garam tertentu jauh lebih
besar daripada habitat air tawar, umumnya,
A. hydrophila tidak dianggap sebagai bakteri laut, namun, studi ini menunjukkan bahwa itu ditemukan secara alami bakteri Aeromonas hydrophila hidup
dilingkungan yang mempunyai kadar garam air laut, air payau sampai
dengan air tawar dan dapat ditemukan di semua salinitas, kecuali (paling
ekstrim> 100%o). Baru-baru ini, bakteri A. hydrophila menyebabkan penyakit borok pada ikan cod (Gadus morhua), dan ikan laut lainnya. A. hydrophila
dapat diisolasi dari perairan yang memiliki kekeruhan 0-395 unit
turbidity Jackson. Suhu yang optimum untuk pertumbuhan bakteri A. hydrophila adalah 35°C, dan suhu maksimum yaitu mendekati suhu 450C. Dalam studi ini,
A. hydrophila diisolasi dari air yang memiliki suhu antara 40 dan 45.00C.
A. Hydrophila tidak dapat diisolasi pada suhu lebih besar dari 450C, kepadatan tertinggi terjadi pada 350C, sepanjang gradien termal mulai dari
200 sampai 720C. PH air tampaknya tidak memainkan peran penting dalam distribusi A. hydrophila, karena bakteri dapat diisolasi selama rentang pH seluruh sampel (5,2-9,8). Bakteri Aeromonas hydrophila tidak mampu tumbuh pada pH lebih rendah dari 4 atau lebih tinggi dari 10 (Hazen et al., 2011).
Bakteri Aeromonashydrophila, merupakan bakteri negatif,
dianggap sebagai salah satu bakteri patogen yang paling penting pada
hewan air di daerah beriklim sedang, seperti ikan yang sakit, belut,
katak, dan kura-kura. Selain itu bakteri A.hydrophila dilaporkan sebagai salah satu spesies Aeromonas paling umum yang terkait dengan penyakit usus pada manusia
(Esteve et al., 2004).
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah
satu jenis ikan budidaya air tawar yang mempunyai nilai ekonomis penting
dan telah dibudidayakan secara intensif. Salah satu kendala yang
dihadapi dalam budidaya intensif ikan nila adalah penyakit ikan. Salah
satu jenis penyakit ikan yang sering dijumpai adalah penyakit bakterial
yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophilla, yang menyerang spesies ikan air tawar di perairan tropis (Rahmaningsih, 2012).
Bakteri Aeromonas hidrophyla merupakan bakteri patogen yang menyerang ikan lele, dimana menyebabkan penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Bakteri ini dapat menyebabkan kematian pada ikan lele mencapai 80% bahkan dapat mencapai 100% dalam kurun waktu 1 minggu
(Mulia, 2012).
Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) telah umum
dibudidayakan dan menjadi andalan sebagai salah satu sumber protein
hewani. Kawasan pengembangan budidaya ikan Gurami juga sudah terbentuk
di beberapa daerah, seperti di Jawa Barat (Bogor, Tasikmalaya, Ciamis,
Garut), Jawa Tengah (Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga),
Walaupun ikan Gurami sudah lama dibudidayakan secara komersial namun
masih menghadapi kendala dalam hal pertumbuhan yang lambat dan ketahanan
hidup yang rendah. Salah satu penyebabnya adalah serangan penyakit oleh
bakteri Aeromonas hydrophila. Selain ikan, berbagai spesies Aeromonas
juga dapat menyerang amfibi dan hewan reptil. Pada amfibi, bakteri ini
dapat menyebabkan pendarahan dalam yang bisa berakibat fatal. Pada
manusia, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan,
septisemia (keracunan darah), infeksi pada luka dan pembengkakan pada
lambung dan usus yang disertai muntah dan diare atau gastroenteritis
(Tanjung et al., 2011).
Bakteri Aeromonashydrophila diketahui sebagai patogen pada amfibi, reptil, ikan, siput, sapi dan, baru-baru ini, bakteri Aeromonas hydrophila menyerang manusia. Beberapa kasus penyakit septicemias yang menyerang manusia yang dapat berakibat fatal yang disebabkan oleh bakteri A.hydrophila,
tetapi penyakit tersebut menyerang pada manusia yang mempunyai daya
tahan tubuh yang lemah dan terpapar oleh penyakit laiinya, misalnya
leukemia. hanya A.hydrophila dilaporkan menyerang dan
menjadi patogen pada manusia ketika terdapat luka dan kontak langsung
dengan air dimana air tersebut mengandung strain bakteri A.hydrophila. Bakteri Aeromonas hydrophila menyebabakan
kerugian yang besar dibidang perikanan, misalnya, pada tahun 1973,
37.500 ekor ikan mati selama dalam kurun waktu 13 hari dalam satu
periode di Danau North Carolina (Hazen et al., 1978).
Cara pencegahan dan pengobatan
Usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi baik pencegahan maupun pengobatan penyakit yang disebabkan bakteri A. hydrophila
adalah dengan pemberian bahan-bahan kimia maupun pemberian antibiotik
sintetis seperti tetracycline. Pemberian bahan kimia ini memang dapat
mencegah maupun mengobati penyakit pada ikan bila digunakan dengan dosis
yang tepat, akan tetapi bila digunakan tidak terkontrol maka dapat
menimbulkan beberapa efek negatif. Residu antibiotik dapat mencemari
lingkungan dan juga dapat dijumpai di tubuh ikan, sehingga ikan tidak
aman untuk dikonsumsi oleh manusia (Lukistyowati dan Kurniasih, 2011).
Salah satu alternatif dalam mengobati penyakit bakterial
pada ikan adalah menggunakan bahan-bahan alami yang mempunyai kemampuan
anti bakteri antara lain ekstrak bawang putih untuk mengobati benih ikan
lele yang terinfeksi A.hydrophilla; ekstrak air kunyit untuk mengobati Pseudomonas aeruginosa pada ikan gurame (Rahmaningsih, 2012).
Vaksinasi merupakan suatu metode alternatif yang efektid
dan efisien untuk mencegah penyakit yangn disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila.
Vaksinasi dilakukan dengan merangsang kekebalan spesifik ikan terhadap
penyakit tersebut. Metode vaksinasi tidak menimbulkan dampak negatif,
baik pada ikan, lingkungan maupun konsumen. Tingkat perlindungan dari
metode vaksinasi terhadap serangan bakteri bakteri Aeromonas hydrophila tergantung
pada jenis dan kualitas vaksin, cara vaksinasi, kondisi ikan dan
lingkungan hiidupnya. Dari hasil penelitian pemberian vaksin dari debris
sel Aeromonas hydrophila pada ikan lele menunjukkan peningkatan
produksi titer antibodi dimana dapat meningkatkan produksi antibodi
ikan lele dumbo. Perlakuan vaksinasi, baik yang dibooster maupun yang
tidak meningkatkan titer antibodi ikan lele setelah ikan divaksinasi
(Mulia, 2012).
Upaya penanganan pencegahan penyakit yang disebabkan oleh
A. hydrophila adalah dengan menggunakan ektraks tumbuhan alami seperti ekstrak daun pepaya. Sebagai tanaman obat, pepaya (C. Papaya L)
juga mengandung zat atau senyawa bioaktif yang yang dapat
meningkatkan ketahanan dan tanggap kebal ikan. Zat aktif yang terdapat
pada daun pepaya antara lain alkaloid, flavonoid, dan saponin, selain
zat bioaktif daun pepaya juga memiliki kemampuan antagonis dalam melawan
bakteri patogen sehingga mempunyai sifat imunostimulan. Semakin banyak
kosentrasi ekstrak daun pepaya yang diberikan pada ikan seraca oral
jumlah sel macrofagh pada ikan mas meningkat, dimana dosis pemberian
ekstrak daun pepaya pada konsentrasi 65% (Sanoesi, 2008)
Daftar pustaka
Esteve, C., E. Alcaide., R, Canals., S. Merino., D, Blasco., M.J Figueras., J.M Tomas. 2004. Pathogenic Aeromonas hydrophila iSerogroup ):14 and O:81 Strains with an S Layer. Appl. Environ. Microbiol. 2004, 70(10): 5898.
Hazen, T.C., C.B.Fliermans., R.P. Hirsch., G.W. Esch. 1978. Prevalence and Distribution of Aeromonas hydrophila in the United Stated. Apliied aand Environmental Microbiology, Nov. 1978, p. 731-738.
Mulia, D.S. 2012. Penggunaan Vaksin Debris Sel Aeromonas hydrophila dengan Interval Waktu Booster Berbeda terhadap Respons Imun Lele Dumbo (Clarias gariepinus Burchell). Sains Aquatic 10 (2): 86-95.
Lukistyowati, I dan Kurniasih. 2011. Kelangsungan Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio L) yang diberi Pakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) dan di Infeksi Aeromonas hydrophila. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 16,1 (2011) : 144-160.
Lukistyowati, I dan Kurniasih. 2012. Pelacakan Gen Aerolysisn dari Aeromonas hidrophyla pada Ikan Mas yang diberi Pakan Ekstrak Bawang Putih. Jurnal Veteriner, Vol. 13 No. 1 : 43-50.
Mangunwardoyo, W., R. Ismayasari., E. Riani. 2010. Uji Patogenisitas dan Virulensi Aeromonas hydrophila Stanier pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus Lin.) melalui Postulat Koch. J. Ris. Akuakultur Vol. 5 Tahun 2010: 245-255.
Rahmaningsih, S. 2012. Penagruh Ekstrak Sidawayah dengan Konsentrasi yang Berbeda untuk Mengatasi Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophyla pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan.
Sanoesi, E. 2008. Penggunaan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya Linn) terhadap Jumlah Sel Makrofag pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L) yang Terinfeksi Bakteri Aeromonas hydrophila. Jurnal Penelitian Perikanan, Vol 11, No. 2, Desember 2008.
Tanjung, L. R., Triyanto., N. H. Sadi., G. D. Haryani., D. S. Said. 2011. Uji Ketahanan Beberapa Strain Ikan terhadap Penyakit Aeromonas. Lomnotek (2011) 18(1) : 58-71
SUMBER :
https://susantiheni.wordpress.com/2012/12/04/aeromonas-hydrophyla/
No comments:
Post a Comment